WHAT'S NEW?
Loading...

Sejarah Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum Terisi

Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum
Pada Masa Kepemimpinan
KH. Abdurrahman Lathief 



Biografi KH. Abdurrahman Lathief
    KH. Abdurrahman Lathief beliau putra dari KH. Abdul Lathief seorang tokoh masyarakat di desa Rajasinga dengan NY. SOFIYYAH. KH. ABDUL LATHIEF berketurunan Mbah Merata yang berasal dari Madura yang datang sebelum Kewalian Cirebon. Beliau dijadikan menantu oleh Golongan Sultan Cirebon melalui sayembara, Beliau wafat pada tanggal 05 Juli tahun 1980 M.  NY. SHOFIYYAH Binti AISYAH beliau berketurunan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang, beliau wafat pada tanggal 29 Oktober tahun 1992. KH. Abdurrahman Lathief lahir kira-kira tahun 1938 dan wafat pada tanggal 19 Desember  2009.

Sejarah Pendidikan               
    Setelah beliau (KH. Abdurrohman Lathief) menghatamkan Al Qur'an dan kitab-kitab kecil lainnya maka timbullah keinginan beliau untuk memperdalami  ilmu agama maka beliau minta izin untuk berangkat ke pesantren. Adapun pesantren yang pernah beliau alami adalah sebagai berikut :
  1. Pesantren Majasi Jatibarang - Indramayu, dengan pengasuh Bapak KH. ABDUL MUIN.
  2. Pesantren Kampung Lampegan Simpar - Pegaden Baru  - Subang, dengan pengasuh Bapak KIYAI ABDUL WAHID.
  3. Pesantren Babakan Maja - Pegaden Baru -  Subang, dengan pengasuh Bapak KIYAI HARUN.
  4. Pesantren Arjawinangun - Cirebon, dengan pengasuh Al Jalal, AS SYAIKH SYATORI. Beliau adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh. Beliau berketurunan Sultan Cirebon. KH. SYATORI beserta keluarga pernah mengunjungi Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum pada tahun 1996 M. Dalam Rangka Haflah Imtihan. Dan diantara Fatwa-fatwanya adalah : “Seribu anggota jangan dianggap seribu, tapi anggaplah satu. Dan satu musuh jangan dianggap satu, tapi anggaplah seribu”. Bapak KH. SYATORI wafat pada tahun 1969 M.
  5. Pondok Pesantren Lirboyo-Kediri-Jawa Timur. Dengan pengasuh Al Jalal AS SYAIKH MARZUQI DAHLAN dan Al Jalal AS SAYAIKH MAHRUS ALI. Berasal dari Indramayu-Cirebon. Bapak KH. ABDURRAHMAN LATHIEF pada waktu mesantren di Kediri mulai dari tahun 1955 sampai dengan tahun 1959 M. Setelah itu pulang ke kampung halaman (Boyong) ke Desa Rajasinga -Cikedung-Indramayu.
Beliau pada waktu mesantren di Kediri diglobalkan menjadi tiga masa yaitu :
  1. Masa Anak Baru / Santri Baru, pada masa ini beliau sangat bingung memikirkan nasib tidak kerasan (ora betah) dan nasib ujian yang berat dan sukar dipecahkan. Pada masa ini yang mana tepatnya pada bulan Ramadhan beliau telah bermimpi dengan Khadrati Rasul, dan di dalam mimpi itu Rasulullah memberikan sebatang rokok dari bungkusan upet tambang. Masa ini kira-kira tiga bulan.
  2. Masa Belajar, yang mana beliau pada masa ini mendapat ketenanganan dan ketentraman juga tekun dalam menghadapi pelajaran, sehingga dalam waktu tiga tahun dapat menamatkan sekolah.
  3. Masa Setelah Keluar dari Sekolah, pada masa ini beliau sangat bingung disebabkan :
a.       Beliau menganggap bahwa ilmu yang diperoleh belum lengkap.
b.       Di kampung halaman beliau waktu itu sangat dikhawatirkan keadaannya karena banyak gerombolan-gerombolan.
Oleh karena itu pada masa ini beliau sangat menghendaki pulang karena keadaan yang tidak menentu.

PERANAN ALMARHUM MAMA ABDURROHMAN LATHIEF DI MASYARAKAT
    Setelah sekian lama beliau mengkaji dan mempelajari ilmu agama, maka pada tahun 1960  beliau mulai terjun ke masyarakat. Setiap siang dan malam beliau didatangi pemuda dan pemudi untuk belajar Barzanji, Qiroah dan Lagu-lagu Arab. Yang akhirnya sering panggil oleh Sohibul Hajat disamping itu juga beliau sering dipanggil untuk Da'wah Islamiyah oleh ahli kampung di kampungnya masing-masing namun beliau berfikir apakah benar sikapku demikian? Dan jawab beliau sendiri “Tidak Benar”.
    Setelah memikirkan nasib yang demikian beliau mencari jalan keluar, maka beliau membanting tulang menghadap ke Khadrat Allah SWT. dengan melalui Mbah Buyut Agrantaka / Mbah Kuwu Sangkan dengan bertujuan minta kedudukan yang sesuai dengan keadaan beliau.
    Sehingga pada waktu seketika, beliau bermimpi dan dalam mimpi itu dijanjikan oleh Mbah Buyut bahwa adanya jawaban nanti tanggal 15 malam Jum'at Keliwon agar menghadap beliau di makamnya setelah tiba waktunya yakni tanggal 15 malam Jum'at Keliwon beliau pergi ke makam. Buyut Agrantaka, kemudian beliau bermimpi, dan dalam mimpi itu beliau ditanya dan diberi satu baju dan satu celana, dan pada waktu mengenakan baju Mbah Buyut berkata : “Iki Kelambi Kereh”. Setelah itu dilain waktu (Mama) diberi lagi satu pusaka bernama Naga Runting.
     Setelah kurang lebih tiga bulan lamanya beliau membanting tulang. (masa riyadloh) maka beliau mulai membangun membela masyarakat menurut kekuatan beliau. Adapun yang pertama beliau bangun:
1.      Membangun langgar kecil (musholla) yang amat sederhana terbuat dari papan dan bambu, bangunan itulah yang merupakan cikal bakal Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum dengan ukuran 3x5 meter, pemberian dari orang kaya.
2.      Membangun kolam putra dengan ukuran 7x9 meter.
3.      Letak atau lokasi pesantren
  1. Dari jalan besar kira-kira 40 meter.
  2. Dari hutan loyang kira-kira 5 km.
  3. Dari Kawedanan Losarang kira-kira 10 km.
  4. Dari Kabupaten Indramayu kira-kira 30 km.
LATAR BELAKANG BERDIRI DAN PERKEMBANGANNYA
    Membangun pesantren bukanlah sesuatu yang dianggap mudah. Karena banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus dipecahkan dengan berbagai aktivitas yang dapat menyelesaikan tantangan dan hambatan tersebut.
    Setelah beliau Riyadlhoh dan mendapatkan jawaban dari Mbah Buyut Agrantaka untuk membangun pesantren maka beliau mempersiapkan dirinya, tampil ke muka untuk membangun pesantren membela masyarakat, agama, bangsa, dan negara menurut kemampuan beliau yang ada.
    Maka pada tahun 1381 H. / 1961 M. Beliau mulai membangun di kampung yang masih rawan yang disekelilingnya dirimbuni pohon-pohon yang besar dan rerimbunan pohon-pohon bambu. Tapi setelah beliau membuka dengan diikuti masyarakat yang pro dengan beliau maka daerah tersebut merupakan daerah paling terang dari rerimbunan pohon dari mulai daerah yang paling sunyi, menjadi daerah yang ramai. Dari mulai daerah yang terpencil menjadi daerah yang paling banyak tetangganya.
DANA PESANTREN
    Setiap usaha tanpa bekal atau pun dana tidaklah akan terlaksana dengan baik. Walaupun usaha ini dijalanai dengan semangat untuk mencapai kesejahteraan umat khususnya masalah kemajuan di bidang pendidikan islam.
    Beliau membangun pesantren pada tahun 1961 M. Dengan menggunakan dana pribadi dan sumbangan dari masyarakat adapun perinciannya sebagai berikut :
1.      Dari tahun 1961 s/d 1962 menggunakan dana pribadi.
2.      Dari tahun 1962 s/d 1963 menggunakan :
a.       Dana Pribadi
b.      Dana Masyarakat
3.      Dari tahun 1964 s/d 1968 menggunakan :
a.       Dana Pribadi
b.      Dana Masyarakat
4.      Dari tahun 1969 s/d 1970 menggunakan :
a.       Dana pribadi
b.      Dana perwakilan agama kabupaten
c.       Dana kuliah Jum'at.
HAMBATAN-HAMBATAN
    Adalah merupakan sunnatullah (kebiasaan) apabila setiap ada perintis pembangunan atau usaha yang baik untuk mengalami berbagai hambatan dan rintangan. Dalam hal ini tentu diperlukan suatu usaha yang semaksimal mungkin disamping mempunyai keyakinan yang teguh bahwa semua yang dilakukan itu akan berhasil dan mendapat ridho dari Allah SWT.
    Sekian lama, sekitar 9 tahun pesantren Miftahul 'Ulum merintis, membangun, mendoktrin kader-kader ulama yang dapat bertanggung jawab baik terhadap agama, bangsa maupun negaranya walaupun harus melintasi segala tantangan serta krikil-krikil tajam yang menghambat perkembangan itu.
    Menurut beliau yang bersumber dari gurunya yakni KH. Syathori Arjawinangun Cirebon, bahwa apabila seseorang membangun pesantren maka orang tersebut harus menempuh empat puluh macam cobaan. Dan diantara Petuah KH. Syatori adalah “Jangan merasa berjuang sebelum menempuh waktu empat puluh tahun”. Seandainya dapat menempuh masa tersebut maka Insya Allah pesantren yang ia rintis akan berjalan terus dengan mapan. Dan menurut beliau fatwa-fatwa dari gurunya itu memang benar, karena beliau dari mulai merintis sampai sekarang tidak terlepas dari godaan itu, baik hambatan ekstern maupun intern.
    Adapun ujian/cobaan yang paling besar adalah jatuh pada tahun 1970 M. Dimana musuh-musuh dan orang yang benci dengan pesantren ingin menutup pesantren dan memenjarakan pengasuhnya walau hanya dalam sau hari. Tapi alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT, akhirnya selamat, aman dan tentram dan pesantren tetap berkembang sampai sekarang.
    Bahkan Pada tahun 1982 ada sekumpulan orang yang hendak berusaha mencoba membunuh beliau dan keluarganya karena masalah politik.
CATATAN PERKEMBANGAN PESANTREN
Setelah pesantren Miftahul ‘Ulum dapat menghalau hambatan-hambatan yang besar, maka
perkembangan pesantren Miftahul ‘Ulum semakin  pesat. Diantara kemajuan-kemajuannya ialah :
a.       Pada tanggal 3 Maret 1970 M. Mendapat kunjungan dari Bandung, yang diketuai oleh Ibu Sari Banon dan sekertarisnya Bpk. Syarif Hidayatullah dan anggota dari daerah Ka'ab
b.      Pada tanggal 16 Oktober 1971 M. Ada kunjungan alim 'ulama dari Lebak Banten. Dan pada tanggal 16  Oktober 1971 juga Pesantren Miftahul 'Ulum mendapat hadiah dari Bupati Indramayu berupa satu mesin diesel/ mesin air 3 PK.
c.       Pada tanggal 3 Maret 1972 M. Mendapat undangan musyawarah pesantren se-JABAR di Cianjur.
d.      Pada tanggal 7 maret 1972 M. Menambah 2 lokal fasilitas pendidikan.
e.       Pada tanggal 9 Maret 1972 M.  Mendapat sumbangan dari masyarakat Rajasinga sebanyak 20
kwintal padi
f.       Pada tanggal 27 Juni 1972 M. Mendapat kiriman dari Departemen Agama Jakarta berupa perpustakaan sebanyak 25 stel Al-Qur'an terjemah melayu.
g.      Setelah pengasuh pesantren silaturrahim ke Bpk. H. Adam Malik ( Menlu RI ) pada tanggal 6 juli 1972 M. Maka pada tanggal 6 Agustus 1972 delegasi Bpk. H. Adam Malik berkunjung ke Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum dalam rangka silaturrahim.
h.      Pada tanggal 27 Ramadhan 1392 H./3 Oktober 1972 M. Bpk. H. Adam Malik memberikan sumbangan . kepada Pesantren uang sebesar Rp. 500.000,-
MADRASAH HIDAYATUL MUBTADI’IEN
Madrasah merupakan pengembangan dan pembaharuan sistem belajar di Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum Rajasinga, yang semula hanya menggunakan sistem sorogan dan bandungan. Dengan berdirinya madrasah yang bernama Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien pada tahun 1963 M, sistem belajar berkembang sebagaimana madrasah pada umumnya
ORGANISASI PESANTREN
Dengan berdirinya Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum lagi dengan semangat islami terbentuklah organisasi yang diberi nama Jamiyyah Ashariyyah dibawah naungan Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum yang di organisir oleh para santrinya, sembilan tahun yang lalu, yang sebelumnya diberi nama Jam'iyyah Far'iyyah.
Memulai awal khidmahnya antara lain melaksanakan program-progran kerja, dan melanjutkan program-program kerja periode selanjutnya, antara lain meningkatkan kualitas santri dalam bidang dakwah, pendidikan dan ekstra kulikuler lain-lainnya.
Secara keseluruhan keberadan Jam'iyyah Ashriyyah  bagaimanapun kondisinya tetap memiliki makna tersendiri bagi anggotanya terutama  mempertahankan lestarinya  aqidah Ahlusunnah Wal Jama'ah serta menanamkan panca jiwa Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum untuk senantiasa sadar membina ukhuwah islamiyyah, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi tegaknya agama islam.
Dengan berdirinya Jam'iyyah Ashriyyah maka terbentuklah organisasi yang diberi nama Jam'iyyah Maidah dibawah naungan Jam'iyyah Ashriyyah, yang berdiri pada tanggal 9 Dzul-Qo'dah 1413 H./ 1 Mei 1993 M. Yang bertujuan untuk mempersatukan santri dibidang makan.

PENUTUP
    Demikianlah catatan singkat mengenai Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum, semua yang terurai di atas adalah potret panjang Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum yang hingga kini berusia 52 tahun. Tapi sebenarnya belum semua peristiwa terekam dalam tulisan yang terbatas ini dan sejarah ini tertulis hanya sampai tahun 1972 M. Kecuali organisasi di atas.
Rajasinga, 10 Jmd. Awl  1414  H. /  26 Oktober  1993 M.
Sumber            : KH. Abdurrahman Lathief
Notula              : Musaddad
Ditulis Ulang   : 05 Juni 2009
Oleh                  : Torikul  Azis
======================================================================== 

Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum
Pada Masa Kepemimpinan
KH. Ayip Abdullah Basyaiban

BIOGRAFI SINGKAT KH. AYIP ABDULLAH Bsy.
MASA KECIL ABAH AYIP
            KH. Syarif Abdullah Bsy. waktu kecil adalah termasuk seorang pribadi yang berbudi luhur. Beliau juga termasuk anak yang berbakti pada orang tuanya. Diwaktu kecil beliau sering membantu kesibukan kedua orang tua beliau. Selain itu beliau juga selalu menghormati kakak-kakak beliau.
            Beliau adalah anak ke-5 dari 8 bersaudara. Sehari-hari beliau memakai bahasa arab pasaran sebagai bahasa pengantar dalam keluarga. Ayah beliau Habib Abdurrahman adalah seorang pedagang batik yang sukses. Ibu beliau Ibu Fatimah seorang ibu rumah tangga.
            Ketika usaha ayah beliau mundur ayah beliau tidak serta merta putus asa. Beliau merintis kembali usaha beliau dengan menjadi pedagang batik keliling, serta mejajakan kitab juga minyak wangi. Sedangkan ibu beliau membuat kue dan abah (KH. Syarif Abdullah Bsy.) yang menjajakannya untuk membantu perekonomian keluarga.
            Dalam kehidupan sehari hari, beliau termasuk orang yang mudah bergaul. Beliau memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Selain beliau matang dalam pelajaran diniyah, beliau juga tidak ketinggalan dalam pelajaran umum. Hal ini karena sebelum berangkat mondok beliau sempat menamatkan sekolah umum. Hal ini yang akhirnya membuat beliau sangat toleransi antara pelajaran diniyah dan umum.

SEJARAH PENDIDIKAN BELIAU
            Beliau mendalami ilmu agama mulai dari ketika beliau masih dirumah yang dibimbing langsung oleh ayah beliau. Selain kepada sang ayah, beliau juga mengaji kepada Ust. Bayhaqi, seorang alim ulama yang masyhur di Pekalongan saat itu. Hubungan beliau dengan Ust. Bayhaqi begitu dekat. Beliau sering menginap di rumah Ust. Bayhaqi yang kebetulan tidak begitu jauh dari rumah beliau. Bersama Ust. Bayhaqi beliau sering melekan hinggga pagi untuk membahas suatu permasalahan ilmu.
            Ada cerita menarik tentang kedekatan hubungan beliau dengan Ust. Bayhaqi. Menurut adik beliau Ust. Habib Musthofa Bsy. yang bersumber langsung dari abah. bahwa beliau pernah bercerita, ketika itu abah sudah berkhidmah di pondok pesantren Miftahul ‘Ulum. Kebetulan beliau sedang mengajar kitab Hikam yang bercerita tentang seorang murid yang ditinggalkan oleh sang guru. Ditengah-tengah mengajar beliau mendapat kabar bahwa Ust. Bayhaqi meninggal. Beliaupun kaget bercampur heran, karena keadaannya sama persis dengan apa yang beliau sedang ajarkan, yakni seorang murid yang ditinggalkan oleh sang guru. Akhirnya, beliau ingat bahwa guru yang pertama mengajar beliau kitab Hikam adalah ust. Bayhaqi.
            Lalu beliau memutuskan untuk pergi ke pesantren. Diantara pesantren yang pernah beliau tempati ialah :
1.      Pesantren di Kaliwungu, tahun 1966 s/d 1969
2.      Pesantren Sarang, yang diasuh oleh KH. Maemun Zubair  pada tahun 1969 s/d 1979
3.      Pesantren di Banyuwangi

PERJALANAN BELIAU SAMPAI KE MIFTAHUL ‘ULUM
            Mama yai Abdurrahman Lathief sebagai pengasuh pondok pesantren Miftahul ‘Ulum melihat dan memperhatikan bahwa putri beliau yang pertama Masyitoh sudah saatnya untuk mempunyai pendamping. Beliaupun berkeinginan agar seseorang yang akan menjadi menantu beliau kelak adalah orang yang mempunyai pandangan dan cita-cita yang sejalan dengan beliau.
            Sebagai seorang ayah yang baik, beliaupun berikhtiar mencarikan jodoh yang terbaik bagi putri pertama beliau ini. Akhirnya suatu ketika beliau menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Ditanah suci tersebut beliau berdo’a agar dikaruniai seorang menantu yang bisa meneruskan perjuangan beliau. Akhirnya, do’a beliaupun dikabulkan oleh Allah dengan biberi gambaran wajah calon menantunya kelak.
            Sepulangnya dari tanah suci, beliau kembali menjalani aktivitas beliau. Suatu hari beliau mengadakan Bahtsul Masaail bersama beberapa kiai di Indramayu.Diantara yang hadir adalah Ust. Mukromin. Ust. Mukromin adalah salah seorang teman Abah Ayip semasa mondok di Sarang.  
Mama pun mengobrol dengan Ust. Mukromin tentang keinginan beliau memiliki menantu yang dapat meneruskan perjuangan beliau. Ust. Mukromin pun menjawab bahwa beliau mempunyai seorang teman di daerah pekalongan, seorang keturunan habaib. Mama pun diberi fotonya. Mamapun takjub bahwa yang difoto itu memiliki wajah yang sama persis dengan wajah yang beliau lihat ditanah suci. Beliaupun meminta alamat abah di pekalongan dan langsung meluncur ke Pekalongan dengan ditemani oleh H. Zeni.
            Mamapun tiba di Pekalongan tengah malam, ketika semua penghuni rumah tidur. Beliau mengetuk pintu, namun, Ibu Fatimah (Ibu Abah Ayip) tidak berani membukakan pintu karena saat itu suaminya sedang tidak berada dirumah. Akhirnya mamapun datang ke rumah kakak abah yang paling tua. Disana mama mengutarakan maksud dan tujuan beliau datang ke Pekalongan. Setelah mengutarakan maksudnya mama pun pamit pulang.
            Pada saat itu abah masih berada di Pesantren di daerah Banyuwangi untuk menimba ilmu. Mengetahui kabar ada yang ingin melamar beliau, beliaupun bingung karena kiai beliau di Banyuwangi pun menginginkan beliau menjadi menantu di pesantren di Banyuwangi. Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tua, akhirnya beliau pun memutuskan untuk meminta pendapat abah dan umi beliau. Abah beliaupun menyuruh beliau untuk menerima pinangan dari Indramayu. Beliaupun patuh dan menerima keputusan abah beliau. Setelah selesai dari proses belajar beliau di Banyuwangi, beliau bersama keluarga pun berangkat menuju Indramayu untuk melamar Hj. Masyitoh. Akhirnya keinginan mama pun terpenuhi memiliki menantu yang dapat meneruskan perjuangan beliau.

PERANAN BELIAU DI LINGKUNGAN MASARAKAT PESANTREN
            Menurut beberapa sumber, bahwa peranan abah di lingkungan pesantren kurang begitu terlihat oleh masyarakat desa. Hal ini karena sedikit dari mereka yang tahu. Yang mereka ketahui hanyalah sebatas bahwa abah adalah pengasuh pesantren dan menantu Mama yai Abdurrahman. Sedikit dari mereka yang mengetahui sepak terjang beliau di tingkat Indramayu, kecuali mereka yang benar-benar dekat dengan beliau. Diantara peranan penting beliau ialah :
1.      Beliau pernah menjadi Ketua Ittihadul Muballighin tingkat Indramayu.
2.      Beliau pernah menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU).
3.      Beliau Pernah menjadi Ketua Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Cabang Indramayu, hal ini diperkuat dengan pernahnya diadakan Pelantikan Pencak Silat di Pesantren. Namun karena tidak banyaknya catatan sejarah yang mencatat itu semua, sehingga kapan tepatnya beliau memegang jabatan penting tersebut tidak diketahui.

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL ‘ULUM SETELAH KEDATANGAN BELIAU
            Setelah kedatangan abah ayip ke pesantren Miftahul ‘Ulum banyak kemajuan yang terjadi di Pesantren Miftahul ‘Ulum. Diantaranya adalah:
1.      Sistem keorganisasian dalam perguruan mulai dibenahi
2.      Diadakannya sistem belajar malam atau musyawarah
3.      Mendirikan Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa.
4.      Mendirikan SMP & SMA Plus B.S. Miftahul ‘Ulum
           
Adapun kemajuan yang beliau peroleh dalam segi materi, antara lain :
1.      Pembebasan tanah guna memperluas kompleks Pesantren.
2.      Pembuatan MCK untuk putra dan putri .

PROGRAM KHUSUS
            Pada tahun 1998, putra laki-laki pertama mama Abdurrahman, yakni H.Hasan Rahmat, Lc. pulang dari proses belajar beliau di Damaskus, Syiria. Beberapa tahun menetap di tanah air, beliaupun berkeinginan agar santri Miftahul ‘Ulum memiliki kemampuan berbahasa. Tidak hanya bahasa Arab, namun juga bahasa Inggris yang menjadi bahasa Internasional, meski pesantren Miftahul ‘Ulum berasaskan Salafiayyah.
            Berbekal restu dari ayah beliau KH. Aburrahman Lathief selaku pengasuh pondok pesantren serta izin dari KH. Ayip Abdullah Bsy. selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum, beliau mulai merintis program bahasa di pesantren Miftahul ‘Ulum yang kemudian dikenal dengan Program Khusus (Takhosus).            
            Pada saat itu jumlah santri yang mukim hanya berjumlah sekitar 30-35 santri putra dan putri. Namun, setelah beliau mengadakan Program Bahasa banyak masyarakat pribumi yang tertarik mengikuti program tersebut. Sehingga jumlah santri yang mengikuti Program Takhosus waktu itu cukup banyak, mencapai 70 santri pa dan pi.
            Tahun pertama berdiri, semua mata pelajaran pada program bahasa diajar langsung oleh Ust. Hasan Rahmat, Lc. sendiri. Mulai dari mufrodat harian, durusul lhugoh al-arobiyah, hingga muthola’ah. Mulai saat itu beliau mewajibkan agar semua santri yang mengikuti program bahasa agar mengikuti jamiyyah maidah (organisasi santri dibidang makan). Hal ini dimaksudkan agar santri yang mengikuti program bahasa tidak terlambat datang kekelas hanya karena urusan makan.
            Memasuki pertengahan tahun beliau mewajibkan para santri yang ikut program bahasa untuk berbaha arab dan inggris sebisa mereka perminggunya dan meninggalkan bahasa jawa, serta bagi yang melanggar akan dikenai sanksi. Hal ini dimaksudkan agar apa yang mereka peroleh dapat melekat dalam lisan mereka. Pada saat itulah banyak dari santri yang memutuskan untuk keluar. Hanya beberapa dari mereka yang tersisa.
            Momen Akhirussanah digunakan beliau sebagai sarana memperkenalkan Program Bahasa ini kepada masyarakat luas. Pada saat itu, ditampilkan pidato bahasa arab, bahasa inggris, puisi tiga bahasa. Akhirnya banyak masyarakat yang mengakui keberadaan Program Takhosus ini, meski program tersebut berjalan baru satu tahun.
            Memasuki tahun kedua jumlah santri bertambah. Pada tahun ini H. Hasan Rahmat, Lc. mulai dibantu dalam pengajaran. Santri takhosus tahun lalu yang naik kekelas II diberikan mandat untuk mengajar santri kelas satu guna membantu beliau. Mereka inilah cikal bakal Assatidz kepercayaan beliau dalam masalah bahasa.
           
PROGRAM BARU
            Pada tahun 2003, pihak pesantren memutuskan untuk mendirikan sekolah formal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal.
            Pertama, jumlah santri yang mondok sekaligus sekolah formal lebih banyak dibanding dengan santri yang datang hanya untuk mondok tok.
            Kedua, pada saat itu banyak dari kalangan santri yang tidak bisa mengikuti program bahasa dengan alasan adanya Bimbel (Bimbingan Belajar) dari Mts, untuk menghadapi Ujian Negara. Pihak pesantren mencoba untuk berdialog dengan pihak Mts guna mencari solusi agar santri bisa tetap mengikuti program bahasa di pesantren. Namun, pihak Mts bersikeras tidak mau mengubah program dengan alasan mereka adalah sekolah formal sedang pesantren hanya lembaga swasta.
            Atas dasar faktor-faktor tersebut, juga masukan dari beberapa pihak, akhirnya pihak pesantren memutuskan untuk mendirikan sekolah formal. Bekerjasama dengan pihak SMP I Terisi, pesantren mengadakan Program Paket B, yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Program Baru (PB)

SMP DAN SMA PLUS BOARDING SCHOOL MIFTAHUL ‘ULUM
            Pada tahun ajaran 2006-2007, siswa Program Baru angkatan ke-II tidak mengikuti Program Paket B, melainkan hanya mengikuti Program PPS (Pondok Pesantren Salafiyyah). Mendekati Ujian tingkat Nasional PPS, ada beberapa hambatan yang terjadi. Diantaranya adalah ada 2 orang santri putri yang tidak dapat mengikuti Ujian Nasional PPS dikarenakan faktor umur  yang belum memenuhi persyaratan.
            Sekolahpun mengadakan musyawarah, akhirnya setelah mengadakan pertimbangan yang matang, pada tahun ajaran 2007-2008, SMP Plus Boarding School Miftahul ‘Ulum pun berdiri, yang kemudian disusul dengan didirikannya SMA Plus Boarding School Miftahul ‘Ulum
            Alhamdulillah, meski baru bediri 1 tahun, namun SMP Plus Boarding School Miftahul ‘Ulum dapat langsung mengadakan Ujian Nasional sendiri. Sedang untuk SMA baru dapat menelenggarakan Ujian Nasional sendiri 2 Tahun setelahnya. 

Alhamdulillah selesai bi’aunillah di Rajasinga, 25 Maret 2011
Ditulis oleh Santri Alumni Angkatan 2011
Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum
dari berbagai sumber.